Peristiwa nyontek masal yang terjadi di SDN Gagel 01
Tandes Surabaya pada UN lalu merupakan gambaran kegagalan penddikan di
Indonesia. Apalagi kejadian tersebut dilakukan pada pendidikan dasar. Dimana anak-anak didik masih memerlukan
keteladanan dari guru-gurunya. Anak-anak didik masih melihat guru sebagai sosok
yang sempurna, yang patut digugu dan ditiru. Tingkat kepercayaan anak-anak di
pendidikan masih tinggi, bahkan lebih tinggi dari orang tuanya. Anak-anak SD
lebih mempercayai gurunya dari orang tuanya. Jika demikian keadaannya, maka mereka akan
kehilangan teladan dari sosok idolanya di sekolah. Padahal mereka masih
membutuhkan sosok guru sebagai model untuk dijadikan contoh dalam kehidupannya.
Apalah artinya mereka diberi pelajaran mora pada mata pelajaran Pendidikan
Agama. Sia-sialah guru agama mereka menanamkan akhlak-akhlak terpuji, jika
mereka diajak untuk melakukan tindakan tercela yang notebane dilakukan oleh
gurunya sendiri. Yang seharusnya mereka diberi contoh nyata tindakan-tindakan
yang mencerminkan akhlak terpuji ( Jujur, ikhlas, amanah, tolong menolong,
dst.) , Sebagai seorang pendidik penulis
merasa miris, mau dibawa mereka. Jangan salahkan mereka jika mereka kelak
menjadi pembohong, pengkhianat, pendengki, tidak ikhlas dalam berbuat sesuatu,
koruptor, dan apalah lagi namanya.
Sebenarnya mereka adalah korban dari egoisme pengelola
pendidikan di negeri ini, baik di sekolah atau pada tingkat yang lebih tinggi
yaitu UPTD, Dinas Pendidikan dan seterusnya. Mereka (guru) malu jika perolehan
nilai UN siswanya rendah, tetapi tidak merasa malu dan berdosa jika siswanya berakhlak
dan berbudi pekerti rendah. Sebaliknya mereka
bangga jika siswa-siswanya memperoleh nilai tinggi, tak perduli bagaimana cara
memperolehnya. Banyak cara yang dilakukan guru untuk mendongkrak perolehan
nilai UN siswa, misalnya dengan mengatur tempat duduk siswa peserta ujian
sedemikian rupa, yaitu penempatan siswa yang diaggap mampu supaya dapat membantu
teman-temannya yang lemah. Kemudian seperti yang terjadi di SDN Gagel 02, siswa yang dianggap mampu harus membantu
teman-temannya dengan memberi contekan jawaban soal ujian. Selanjutnya pihak
sekolah telah mengatur kesepakatan dengan sekolah lain dalam hal kepengawasan
UN. Mereka sepakat agar pengawas tidak terlalu melonggarkan aturan dan tata
tertib ujian, agar anak-anak dapt kesematan melakukan pelanggaran sebagaimana
diinstruksiakan oleh gurunya. Dan masih banyak trik-trik lain yang tak mungkin
penulis paparkan di sini. Dan ini sudah lama terjadi.
Penulis berkeyakinan peristiwa ini (nyotek masal) di
SDN Gagel 02 Surabaya bukan satu-satunya di Indonesia. Boleh jadi merupaka
puncak dari gunung es di tengah lautan. Yang terjadi di tempat lain tidak
(belum) terlihat. Karena di tempat tersebut tidak (belum) ada Alif di situ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar